LATIHAN MENTAL

 LATIHAN MENTAL


                                                             sumber gambar : www.dbl.id

Latihan mental sangat dibutuhkan ketika seorang atlet khusunya bola basket mengalami cedera. Empat cara yang sering digunakan oleh pelatih ataupun medis untuk menangani mental atlet yang cedera bertujuan untuk menurunkan kecemasan cedera berulang pada atlet bola basket. Keempat intervensi ini selanjutnya akan disebut sebagai pelatihan mental. Panduan dalam pelatihan,mental disusun sesuai dengan komponen fisik dan kemampuan dasar dalam olahraga bola basket (terlampir). Sehingga pelatihan mental ini bersifat khusus untuk cabang bola basket. Berikut penjelasan intervensi dalam pelatihan mental menurut penelitian dari Arum,Damar (2012) :

 

A. Self talk (Cox, 2012)

Hardy, Gammage dan Hall (2001) mendeskripsikan self talk sebagai bentuk dialog pribadi yang terbuka maupun tertutup di mana atlet menafsirkan perasaan, persepsi, dan keyakinan dirinya sendiri melalui penguatan dan instruksi yang diberikan kepada diri sendiri. Self talk dapat dilakukan di lingkungan olahraga yaitu saat latihan, kompetisi, di ruang ganti dan bahkan saat di bangku cadangan, maupun di lingkungan luar olahraga, yaitu saat di rumah.

          Terhadap proses penurunan kecemasan re-injury pada atlet, sel ftalk mampu memfasilitasi peningkatan kinerja dalam berbagai cara. Saat atlet mengalami cedera cara berpikirnya yang negatif akan berhubungan dengan pandangan atlet mengenai kemampuannya kembali lagi berolahraga. Struktur self talk yang melibatkan penggunaan kata-kata kunci, frase ataupun kalimat lengkap merupakan hasil pemikiran atlet yang paling sesuai dengan dirinya dan mudah diingat. Dengan kata kunci ini self talk dapat mengarahkan perhatian atlet yang dapat menimbulkan suasana hati yang positif pada atlet serta mengarahkan atlet pada keyakinan akan kemampuan  yang dimilikinya  sehingga  atlet menjadi lebih percaya diri (Bunker & Williams, 2010). Selain itu self talk dapt menjadi pemicu tindakan yang diinginkan secara lebih efektif melalui pengembangan self-reward sehingga atlet akan lebih menghargai diri dan menerima perkembangan fisik yang telah dijalani sejak masa pemulihan hingga aktif berolahraga. Dorongan ini akan membantu atlet fokus dengan hal yang memang perlu diperhatikan dan mampu mengontrol kecemasan yang timbul (Hardy, Jones & Gaould, 2001).

 

B. Autogenic Relaxation (Cox, 2012)

          Semakin meningkatnya kecemasan maka performance akan terganggu sebab atlet kurang mampu berkonsentrasi dengan permainan atau strategi yang diberikan. Maka untuk menghentikan meningkatnya kecemasan dapat dikurangi dengan teknik relaksasi (Jarvis, 1999). Sebab secara fisiologis relaksasi mampu mengubah respon individu melalui sistem saraf simpatetik.

          Relaksasi     yang     dilakukan     adalah     autogenic     training    yang dikembangkan oleh Johannes Schultz pada tahun 1920an. Pemilihan autogenic relaxation bagi atlet yang mengalami kecemasan cedera berulang karena dengan teknik ini melibatkan konsentrasi pasif pada bagian tubuh tertentu dan secara mental atlet akan mengulangi kata-kata yang memberikannya sugesti.

Kondisi rileks bukan hanya pada otot, tetapi seluruh anggota tubuh. Pada latihan ini digunakankombinasi dua sensasi pada tubuh yang dihubungkan dengan respons rileks. Atlet diminta untuk merasakan sensasi berat dan hangat pada seluruh anggota tubuh. Teknik relaksasi dan sugesti ini mengarahkan kepada penyembuhan diri karena atlet dilatihkan untuk bisa merasakan dua kondisi secara bersamaan (hangat dan berat) untuk selanjutnya menjadi petunjuk atlet agar bisa rileks secara otomatis. Di samping sugesti bahwa atlet secara fisik telah mampu mengontrol tubuh dan pikirannya.

C. Imagery (Cox, 2012)

Imagery atau pencitraan adalah jenis intervensi psikologis dengan menggunakan akal seseorang untuk membuat atau menciptakan sebuah pengalaman atau gambaran visual dalam pikiran yang kemudian akan dipandang sebagai sesuatu yang nyata seperti melihat dengan mata fisik kita (Vealey & Greenleaf, 2010 dalam Cox, 2012, p. 267).

            Imagery dapat dilakukan saat latihan maupun saat sedang berkompetisi. Suasana yang paling tepat dalam melakukan imagery adalah situasi yang paling mendekati dengan situasi pertandingan/kompetisi. Bentuk imagery terbagi atas positive imagery dan negative imagery. Positive imagery atlet diminta membayangkan keberhasilan dalam situasi tertentu dan tindakan atlet menghasilkan hasil yang maksimal. Negative imagery atlet membayangkan situasi terburuk yang dapat terjadi, kemudian memikirkan cara mengatasi hal tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan atlet akan situasi apapun yang dihadapinya saat bertanding.

         Pemilihan intervensi magery sebagai bagian dari proses penurunan kecemasan cedera berulang pada atlet karena dengan imagery terdapat proses untuk memperkuat kekuatan fisik serta pemahaman strategi tertentu serta membantu atlet mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi yang tidak umum dalam suatu pertandingan. Atlet akan membayangkan hal yang akan ditemuinya ketika kembali bertanding sehingga atlet siap secara mental menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi ketika bertanding. Melalui imagery karena bentuk gambaran yang dibayangkan sesuatu yang spesifik maka ketrampilan/skill individual bisa berkembang secara optimal.

Pada saat membayangkan secara berulang maka aktivitas fisik yang dibayangkan tanpa disadari akan menggerakkan otot-otot yang terlibat dalam aktivitas tersebut meski dengan kekuatan kecil. Secara fisik tubuh telah siap melakukan aktivitas tersebut dan secara mental aktivitas tersebut sudah menjadi kebiasaan. Pengulangan ini pun menimbulkan sugesti positif atlet terhadap dirinya ketika kembali berolahraga.

D. Social Support

Social support menurut Shumaker dan Brownell (1984) serta Cobb (1976) (dalam Barefield & McCallister, 1997 p.333) adalah an exchange of resources between at least two individuals perceived by the provider or the recipient to be intended to enhance the well-being of the recipient , serta information from others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligations.

Secara singkat social support merupakan bentuk pertukaran informasi, sedikitnya   dua   orang,   yang   berasal   dari   jaringan   komunikasi   yang sama. Pertukaran ini bertujuan untuk menimbulkan rasa dicintai dan diterima, serta untuk meningkatkan kesejahteraan penerima.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa social support cukup membantu pada masa rehabilitasi atlet dan juga dalam mendorong atlet aktif kembali berolahraga (Rottela & Heyman, 1986; Hardy & Grace, 1990 dalam Tubilleja, 2003). Secara positif social support berhubungan erat dengan peningkatan pemulihan serta menurunkan perasaan tertekan yang dialami oleh seorang atlet. Social support mampu menciptakan dorongan dari luar individu untuk meyakinkan diri atlet sehingga atlet akan lebih mudah  mengatasi kecemasan cedera berulang yang berkembang (Tubilleja, 2003). Bentuk dari social support adalah:

  1. Dukungan emosional yaitu bentuk perilaku yang mampu memperlihatkan perhatian dan memberikan perasaan nyaman bagi atlet. Bnetuk perilaku ini meliputi menyimak atlet secara seksama, membantu menjaga dan membuka hubungan atlet dengan rekan tim, pelatih dan keluarga. 
  2. Dukungan informasi, yaitu perilaku yang mengakui usaha  atlet dan mengkonfirmasi persepsi atlet. Perilaku yang diperlihatkan adalah dengan memberikan umpan balik terhadap perkembangan keterampilan atlet. Hal ini akan mengarahkan atlet pada perasaan nyaman, dan peningkatan keterlibatan terhadap kegiatan olahraga, menyediakan waktu untuk berbagi pengetahuan mengenai cedera bersama atlet.
  3. Dukungan berwujud (tangible support), yaitu bentuk dukungan dengan memberikan waktu kepada atlet untuk berbagi pengetahuan kepada atlet rehabilitasi atau pemulihan, serta bantuan keuangan atau hadiah.


GAMBARAN CARA MELATIH MENTAL ATLET BASKET 


          Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=SKJSbT5rbhY



    

DAFTAR RUJUKAN 

Pamungkas, Ibnu Aji. 2020. Pembelajaran Blended Learning : Basketball. Malang : Wineka Media  

Nuril Ahmadi. 2007. Permainan Bola Basket Untuk Semua. Surakarta: Era Intermedia

PB PERBASI.2006. Bola Basket Untuk Semua. Jakarta : Bidang III. PB PERBASI.

Arum Dwiariani, Damar .2012. Peran Pelatihan Mental Dalam Proses Penurunan Kecemasan Cedera Berulang Pada Atlet Putri Bola Basket. Jakarta :  Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARANA DAN PRASARANA

TES KEBUGARAN JASMANI INDONESIA

PROGRAM PRAKTIS PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI

PENGERTIAN KEBUGARAN JASMANI

PENERAPAN VARIASI DAN KOMBINASI BOLA BASKET

TAHAPAN LATIHAN KEBUGARAN

TEKNIK DASAR BOLA BASKET

ARTI KEBUGARAN JASMANI

LATIHAN FISIK